Kontruksi Kebenaran
Kontruksi Kebenaran
Musuh
terbesar setiap manusia adalah dirinya sendiri. Yang sering tidak kita sadari
adalah bahwa kita adalah benar terhadap sesuatu hal, kita punya asumsi bahwa
ini benar sehingga kita punya kesimpulan terhadap sesuatu. Kita juga lupa bahwa
asumsi itu mungkin kadang-kadang juga belum terlalu benar.
Lantas benar itu sebenarnya gimana sih?
Kalau kita mau ngomong benar salah, benar itu seperti apa? Kontruksi kebenaran itu seperti apa?
Saya
ingin mengajak sedikit berimajinasi, ngomong soal kebenaran, kalau ada sebuah
bunga dikelilingi oleh sepuluh orang yang menggambar bunga itu, gambarnya ada
yang sama atau tidak?. Tidak ada yang sama ya.
Terus yang benar yang mana? Semua
benar. Betul yaa. Jadi dari sudut
pandang yang berbeda, kebenaran itu bisa bermacam-macam bentuknya. OK.
Kalau
dari satu sudut pandang saja, ada sebuah kamera memoto, kameranya pakai NOKIA
3310 sama pakai kamera yang lebih canggih, lebih canggih dan lebih canggih
lagi, gambarnya sama atau tidak?. Ada yang blur, ada yang agak jelas dan ada
yang jelas banget. Dari segitu banyak
kamera, kamera mana yang benar?. Foto bunga mana yang benar? Semuanya juga
benar. Walaupun gambarnya gak jelas tapi kalau ngomong, apakah itu foto bunga?
Benar juga kan.. gambar yang sangat jelas, apa itu foto bunga? Benar. Jadi
kebenaran itu punya property, bahwa dia sangat jelas atau blur.
Kebenaran
itu masih punya dimensi. Dimensi sudut pandang. Dimensi kejelasan. Kalau
gambarnya sangat jelas dari segala sudut pandang, apakah kita benar-benar tahu
itu kebenaran bunga, kan kita cuman lihat gambarnya atau fotonya, itu bukan
bunga.
Kebenaran
yang sejati adalah ketika kamu memang menjadi bunga itu sendiri untuk tahu
bagaimana itu bunga. Dan saya naikan satu lagi, ketika kamu sudah menjadi
bunga, apakah kamu ingat untuk mencari kebenaran yang namanya bunga, orang kamu
sudah bukan manusia kok, sudah jadi bunga dan sudah tidak punya otak. Nah, saya memberi gambar layout sedikit tentang
tingkat kebenaran yang benar-benar berlapis dan bermacam-macam.
Perdebatan, keributan biasanya untuk mencari siapa yang benar bukan mencari apa
yang benar. Maka yang kita lakukan ketika berdiskusi adalah saling mencari
kebenarannya bagaimana. Tidak ada satu pun orang didunia yang memegang apa yang
dia lakukan dan dia tahu itu salah, yang dilakukan pasti kebenaran menurut dia.
Jadi kalau kita belum mampu memahami
kebenaran dia tidak ada yang namanya diskusi. Yang ada hanya kalah-kalahan, aku
yang benar, aku yang benar, aku yang benar. Padahal kalau kamu ingin pintar,
semakin banyak kamu tahu kebenaran semakin kamu tahu gambar lengkap yang
namanya bunga itu, yang saya contohkan tadi
Makanya
disitu keluar kalimat, mencari apa yang benar bukan siapa yang benar. Jadi sudut pandangmu bagaimana, sudut pandangku
bagaimana, kita sama-sama diskusi untuk mencari apa sebenarnya yang benar. Sama-sama munggah tingkat, sama-sama naik kelas. Kita mencari
kebenaran dari mana saja, kita menyerap darimana saja. Dan kita ambil yang
terbaik seperti apa. Ambil apa kebenaran
dari sudut pandang dia untuk memperkaya sudut pandangmu. Semoga sudut pandangmu bisa diambil dia untuk
memperkaya sudut pandangnya. DAN AMBIL JALAN PILIHAN MASING-MASING, KARENA YANG NOMER SATU TUHAN BERIKAN ADALAH KEDAULATAN DIRI DALAM HIDUP DIDUNIA.
Sabrang
mowo damar panuluh
Komentar
Posting Komentar