Satu Frame Denganmu
Matahari sore ini terlihat lebih indah, juga setiap detik dan menit yang kita lalui. Dan secangkir kopi yang mulai dingin, dan tumpukan buku yang selalu menemanimu untuk menemuiku. Itu simple, tapi akan terasa berbeda jika itu ada kamu. Apa aku berlebihan? Aah...rasanya aneh memang, kenapa semua hal yang biasa aku lakukan sendiri akan terasa lebih indah jika itu dilakukan bersama kamu. Sudahlah aku sedang tidak ingin berdebat soal itu.
Diujung senja yang hanya memberi sedikit jeda, aku ingin sekali melapalkan sebuah tanya. Bisakah kita merindu sesuatu yang tak tersentuh? Kau diam menatapku. Semisal oksigen yang menghidupkan kita? Atau seperti cahaya matahari pagi yang mengokohkan tulang-tulang? Juga hembusan nafas, detak jantung dan denyut nadi yang bahkan begitu dekat dengan diri kita?
"Tentu saja bisa" jawabmu
Lantas, adakah kata cinta yang harus aku rangkai dan kupersembahkan kepadanya? Haruskah aku berdrama agar ia percaya aku rindu? Tidak cukupkah air mata ini adalah rindu? Tidak cukupkah disetiap sela hembusan nafasku tersebut namanya? Aku rindu pada kebaikan yang kusebut cinta. Aku rindu pada cara dia menyampaikan kata--yang selalu penuh makna. Aku rindu pada jiwa yang (ternyata) juga sedang menunggu. Aku rindu pada sesuatu yang tak kukenal, selain sebuah nama.
"Berdoalah.." jawabmu lagi.
Kau tau? Rindu ini pernah melangit untuk sekian malam. Dan itu tidak akan lagi. Jika ada istilah mencintai dengan ikhlas, maka akupun akan merindu dengan ikhlas. Sebab ada beberapa hal didunia ini yang harus dengan lapang hati kita relakan. Dalam kisahku, rindu ini.
~Laela Ns~
Bekasi, 12 september 2017
Diujung senja yang hanya memberi sedikit jeda, aku ingin sekali melapalkan sebuah tanya. Bisakah kita merindu sesuatu yang tak tersentuh? Kau diam menatapku. Semisal oksigen yang menghidupkan kita? Atau seperti cahaya matahari pagi yang mengokohkan tulang-tulang? Juga hembusan nafas, detak jantung dan denyut nadi yang bahkan begitu dekat dengan diri kita?
"Tentu saja bisa" jawabmu
Lantas, adakah kata cinta yang harus aku rangkai dan kupersembahkan kepadanya? Haruskah aku berdrama agar ia percaya aku rindu? Tidak cukupkah air mata ini adalah rindu? Tidak cukupkah disetiap sela hembusan nafasku tersebut namanya? Aku rindu pada kebaikan yang kusebut cinta. Aku rindu pada cara dia menyampaikan kata--yang selalu penuh makna. Aku rindu pada jiwa yang (ternyata) juga sedang menunggu. Aku rindu pada sesuatu yang tak kukenal, selain sebuah nama.
"Berdoalah.." jawabmu lagi.
Kau tau? Rindu ini pernah melangit untuk sekian malam. Dan itu tidak akan lagi. Jika ada istilah mencintai dengan ikhlas, maka akupun akan merindu dengan ikhlas. Sebab ada beberapa hal didunia ini yang harus dengan lapang hati kita relakan. Dalam kisahku, rindu ini.
~Laela Ns~
Bekasi, 12 september 2017
Komentar
Posting Komentar