Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Kontruksi Kebenaran

Kontruksi Kebenaran Musuh terbesar setiap manusia adalah dirinya sendiri. Yang sering tidak kita sadari adalah bahwa kita adalah benar terhadap sesuatu hal, kita punya asumsi bahwa ini benar sehingga kita punya kesimpulan terhadap sesuatu. Kita juga lupa bahwa asumsi itu mungkin kadang-kadang juga belum terlalu benar. Lantas benar itu sebenarnya gimana sih? Kalau kita mau ngomong benar salah, benar itu   seperti apa? Kontruksi kebenaran itu seperti apa? Saya ingin mengajak sedikit berimajinasi, ngomong soal kebenaran, kalau ada sebuah bunga dikelilingi oleh sepuluh orang yang menggambar bunga itu, gambarnya ada yang sama atau tidak?. Tidak ada yang sama ya.   Terus yang benar yang mana?   Semua benar.   Betul yaa. Jadi dari sudut pandang yang berbeda, kebenaran itu bisa bermacam-macam bentuknya. OK.  Kalau dari satu sudut pandang saja, ada sebuah kamera memoto, kameranya pakai NOKIA 3310 sama pakai kamera yang lebih canggih, lebih canggih dan l...

Penjara Dalam Pikiran

Gambar
Perang didalam kehidupan, menurut saya yang perlu diperangi adalah ketidaktahuan bahwa dirimu masih dalam penjara. Maksudnya berada dalam penjara apa? Gitu kan? Itu yang paling susah. Kalau kamu tidak tahu penjaranya, mana mungkin bisa keluar dari penjara?. Penjaranya adalah ukuran-ukuran didalam pikiranmu yang bukan berasal dari dirimu sendiri. Marah tidak diejek mronggos? Marah ya misalnya, kenapa kok marah? Karena diejek? Karena orang jahat? Atau karena gimana?   Yaa karena diejek. Lha itu, itu penjara dalam pikiran yang saya maksud tadi. Kamu marah, bukan karena diejek, tapi karena kamu percaya bahwa mronggos itu jelek, tidak mronggos itu baik. Kalau kamu tidak percaya itu, mronggos atau tidak mronggos sama saja ciptaan Allah tidak ada bedanya. Kalau dalam dirinya percaya seperti itu, diejek mronggos, pesek, hitam atau yang lainnya tidak masalah. Itu ciptaan Allah.    Jadi yang membuat anda marah atau tidak marah itu ada didalam diri anda sendiri. J...

Jalan keluar terbaik

Ada beberapa hal yang tidak bisa aku bicarakan denganmu, bukan karena aku tidak percaya padamu, tidak.   Terima kasih sudah menghawatirkan aku. Aku baik-baik saja. Pernahkah kita berpikir,, sebenarnya kepada   siapa kita harus bercerita tentang masalah kita? Dengan seseorang yang ahli atau berpengalamankah atau seseorang yang pernah mengalamai masalah yang hampir sama dengan masalah yang sedang kita hadapi sekarang ini atau kepada siapa? Cerita mah cerita ajah, kesiapa aja juga bisa. Yang penting sesak dadamu sedikit berkurang. Simplenya mungkin seperti itu.  Menurut hemat ku, kebutuhan   seseorang untuk didengarkan cenderung meningkat ketika sedang dirundung masalah atau kesedihan. Seringkali kita ‘curhat” tentang masalah kita kepada orang tua kita, teman, saudara atau pasangan kita. Tentunya   dengan   mengharap solusi agar   masalah tersebut terselesaikan   atau paling tidak agar beban masalah tersebut   sedikit berkurang. ...

Pilihan untuk tidak marah

Setiap orang memiliki asumsi-asumsi pribadi terhadap orang lain atau terhadap sesuatu hal. Juga dirimu kepada diriku, dan atau sebaliknya. Itu sah-sah saja, ini bukan tentang benar atau salahmya asumsi-asumsi tersebut tapi tentang bermanfaat atau tidaknya asumsi tersebut bagi diri kita, bagi cara berpikir kita, cara pandang kita terhadap orang atau benda tersebut. Jangan sampai asumsi-asumsi pribadi menutup kebenaran-kebenaran atau kebaikan-kebaikan dan bahkan keindahan-keindahan diluarsana yang belum kita ketahui. Pun seandainya kamu marah, silakan. Itu hak kamu sepenuhnya, aku tidak memiliki urusan apa-apa dengan itu. Tapi tenang, seberapapun kamu marah kepadaku aku akan tetap memilih untuk tidak marah-balik-kepadamu. Tentunya saya tidak boleh marah, dan sudah pasti saya memiliki pilihan untuk tidak marah. Tidak mungkin saya menyalahkan pribadinya, karena menurut saya yang salah disini adalah cara berpikirnya, cara pengambilan keputusannya. Harusnya kita tahu kepada siapa kita ha...