Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Doa Sehelai Daun Kering

Gambar
( Sebuah puisi karya Emha Ainun Nadjib)  Janganku suaraku, ya ‘Aziz Sedangkan firmanMupun diabaikan Jangankan ucapanku, ya Qawiy Sedangkan ayatMupun disepelekan Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah Sedangkan kasih sayangMupun dibuang Jangankan sapaanku, ya Matin Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu Sedangkan IbrahimMu dibakar Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir Wahai Jabbar Mutakabbir Engkau Maha Agung dan aku kerdil Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan Engkau Maha Kuat dan aku lema...

Ridho atas Ketidakadilan

Gambar
Ketika kita berharap dunia adil kepada kita hanya karena kita merasa sudah berbuat adil padanya, itu sama saja seperti kita meminta singa untuk tidak memakan kita karena kita tidak memakannya. ~@sen Seringkali kita berharap perbuatan baik kita kepada orang lain dibalas perbuatan baik juga kepada kita. Kita sudah merasa sopan dan ramah pada seseorang tapi apa timbalannya? orang tersebut malah cuek dan terkesan buang muka pada kita. Bahkan untuk sekedar membalas senyum kita pun enggan. Berat memang untuk menerima dan menganggap itu bukan suatu masalah -karena memang diawal kita sudah berharap timbal balik yang sepadan dengan apa yang kita berikan. Tak jarang muncul juga dalam benak  ketidaksetujuan kita dengan perlakuan atau balasan orang tersebut, "kok gitu yah?", "Kenapa dia gak begini?", " Harusnyakan dia bersikap lebih baik kepadaku", atau harusnya begini, begitu dan seterusnya, atau pada level yang ekstrem (menurut saya) kita sampai merasa menyesal...

Asap Rokokmu

Hay tuan, sejak pertama kali mengenalmu aku tidak berharap banyak, selain agar bisa terus didekatmu. Aku bukan perempuan yang pandai menceritakan perasaanku kepadamu karena saat bertemu denganmu aku layaknya patung yang tidak bisa menggerakakn seluruh organ tubuhku. Entah kenapa, kau selalu nampak mempesona meskipun mungkin kau tak menyadari bahwa gadis ini telah mencintaimu dengan sangat berani. Tuan, kita pernah  begitu dekat, namun kedekatan yang aku pikir akan berlanjut itu berakhir seperti asap rokokmu, yang mengepul diudara, menghilang tanpa jejak, bergegas pergi tanpa pamit. Sosokmu adalah asap rokokmu yang hanya terlihat sesaat, lalu pergi tak membekas. Teman, seseorang yang sebenarnya ingin kuanggap lebih dari seorang teman, sampai detik ini aku tidak menemukan alasan yang masuk akal untuk melupakanmu. Hampir satu tahun dan aku masih mencintaimu, sedalam dulu, ketika pertama kali : kau sebut namaku. Nn